Ciri Ciri Wanita Penghuni Neraka
“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.”
(HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
"Aku berdiri di depan pintu syurga, lalu (kulihat) kebanyakkan orang yang masuk kedalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang yang kaya di tahan kecuali penghuni neraka mereka di suruh untuk masuk keneraka, dan aku berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakkan yang masuk kedalamnya adalah wanita".
(H. R Muslim, no. 7113).
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.”
(HR. Muslim, no. 7118).
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.”
(Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Ciri ciri wanita penghuni neraka:
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
“....Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya.
Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata:
‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari, no. 1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari.
Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam:
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.”
(HR. Nasa’i di dalam Al Kubra (9086) dan Al Bazzar dalam musnadnya (2349) dari Abdullah bin ‘Amr).
Di shahihkan oleh syekh Al Bani (no. 289).
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin.
Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya.
Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i.
Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain.
Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i.
Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami.
Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.”
(HR. Abu Daud, no. 2228, dan Ibnu Majah, no. 2055).
Di shahihkan oleh syekh Al Bani dalam "shohih sunan abu daud" (no. 1928).
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu.
Dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Apabila suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima') lalu ia tidak memenuhi maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh".
Dalam riwayat :
"lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat akan melaknatnya sampai subuh".
Dalam riwayat lain:
"Apabila istri diwaktu malam meninggalkan ranjang suaminya, ia enggan mendatanginya, maka yang di langit (Allah) akan murka kepadanya sampai ia minta keridhaan suaminya".
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya.
Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i.
Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadhan.
Dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Tidak boleh bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari akhirat berpuasa (sunat) sedang suaminya bersamanya kecuali dengan izinnya, dan tidak mengizinkan (seseorangpun) masuk kedalam rumahnya kecuali dengan izinnya".
Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan).
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini.
Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.
Ketahuilah wahai manusia, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah.
Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"(Jalan ke) Syurga dipenuhi dengan rintangan rintangan dan (jalan ke) neraka di penuhi dengan syahawat". (H. R Muslim, no. 7308, dari Anas Bin Malik –radhiyallahu 'anhu-).
Dan ketahuilah bahwa suamimu wahai saudariku Muslimah adalah syurgamu atau nerakamu, jika kamu mentaatinya balasanmu adalah syurga, akan tetapi sebaliknya jika kamu mendurhakainya maka nerakalah balasannya, sebagaimana dalam hadits:
"Abdullah Bin Mihshan mengabarkan dari bibinya, bahwasanya ia masuk menemui Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, lalu Rasulullah berdiri (pergi) untuk sebagian keperluannya, lalu ia memenuhi kebutuhannya, dan beliau bertanya kepadanya: apakah kamu mempunyai suami?
Ia menjawab: Ya, beliau bertanya: bagaimana (sikap/layanan) kamu kepadanya, ia menjawab:
Saya tidak membiarkannya (selalu memperhatikannya) kecuali jika saya tidak mampu, maka Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "perhatikanlah sikapmu (layananmu) kepadanya, sesungguh ia adalah syurgamu dan nerakamu").
Maksudnya adalah: ia (suami) adalah penyebab istri masuk syurga dengan keridhaannya, dan juga penyebab istri masuk neraka dengan kemurkaannya, maka hendaklah para istri bermu'amalah baik dan memberikan layanan yang terbaik dan tidak menyelisihi perintahnya selagi dalam keta'atan kepada Allah.
Dalam hadits Rasulullah –shalallahu'alahi wasallam- bersabda:
"Jika aku menyuruh seorang sujud kepada seseorang tentu akan akau suruh istri sujud kepada suaminya".
Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan.
Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Dua golongan dari penghuni nereka yang tidak (pernah) aku lihat: suatu kaum yang memiliki cambuk (cemeti) seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka (karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya), kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”
(HR. Muslim, no. 5704 ).
Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah mengomentari hadits diatas seraya berkata:
“Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .”
(Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya:
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka kecuali yang tampak darinya.”
(An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 :
“Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”
Dan ini adalah termasuk dosa besar sebagaiamana yang di sebutkan oleh Ibnu Hajar AL Haitami dalam kitabnya (Az zawajir 'anil iqtiraafil kabaair), dosa besar no. 108.
Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh sekalipun.
Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita.
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya dikarenakan wanita.
Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan di hadapan kaum pria.
Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri.
Oleh karenanya Allah menyuruh mereka untuk menetap dirumah dan melarang bertabarruj, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.”
(Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka.
Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat negeri kita ini.
Dari salah satu hadits diatas kita dapatkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda :
(HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
"Aku berdiri di depan pintu syurga, lalu (kulihat) kebanyakkan orang yang masuk kedalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang yang kaya di tahan kecuali penghuni neraka mereka di suruh untuk masuk keneraka, dan aku berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakkan yang masuk kedalamnya adalah wanita".
(H. R Muslim, no. 7113).
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.”
(HR. Muslim, no. 7118).
“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal.
Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.”
(Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Ciri ciri wanita penghuni neraka:
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
“....Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya.
Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata:
‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari, no. 1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari.
Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam:
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri suaminya sedang ia selalu membutuhkannya.”
(HR. Nasa’i di dalam Al Kubra (9086) dan Al Bazzar dalam musnadnya (2349) dari Abdullah bin ‘Amr).
Di shahihkan oleh syekh Al Bani (no. 289).
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin.
Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
- Durhaka dengan ucapan.
- Durhaka dengan perbuatan.
- Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya.
Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini.
Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i.
Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain.
Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i.
Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami.
Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.”
(HR. Abu Daud, no. 2228, dan Ibnu Majah, no. 2055).
Di shahihkan oleh syekh Al Bani dalam "shohih sunan abu daud" (no. 1928).
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu.
Dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Apabila suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima') lalu ia tidak memenuhi maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh".
Dalam riwayat :
"lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat akan melaknatnya sampai subuh".
Dalam riwayat lain:
"Apabila istri diwaktu malam meninggalkan ranjang suaminya, ia enggan mendatanginya, maka yang di langit (Allah) akan murka kepadanya sampai ia minta keridhaan suaminya".
Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya.
Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i.
Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadhan.
Dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"Tidak boleh bagi perempuan yang beriman dengan Allah dan hari akhirat berpuasa (sunat) sedang suaminya bersamanya kecuali dengan izinnya, dan tidak mengizinkan (seseorangpun) masuk kedalam rumahnya kecuali dengan izinnya".
Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan).
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini.
Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu.
Ketahuilah wahai manusia, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah.
Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
"(Jalan ke) Syurga dipenuhi dengan rintangan rintangan dan (jalan ke) neraka di penuhi dengan syahawat". (H. R Muslim, no. 7308, dari Anas Bin Malik –radhiyallahu 'anhu-).
Dan ketahuilah bahwa suamimu wahai saudariku Muslimah adalah syurgamu atau nerakamu, jika kamu mentaatinya balasanmu adalah syurga, akan tetapi sebaliknya jika kamu mendurhakainya maka nerakalah balasannya, sebagaimana dalam hadits:
"Abdullah Bin Mihshan mengabarkan dari bibinya, bahwasanya ia masuk menemui Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, lalu Rasulullah berdiri (pergi) untuk sebagian keperluannya, lalu ia memenuhi kebutuhannya, dan beliau bertanya kepadanya: apakah kamu mempunyai suami?
Ia menjawab: Ya, beliau bertanya: bagaimana (sikap/layanan) kamu kepadanya, ia menjawab:
Saya tidak membiarkannya (selalu memperhatikannya) kecuali jika saya tidak mampu, maka Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda: "perhatikanlah sikapmu (layananmu) kepadanya, sesungguh ia adalah syurgamu dan nerakamu").
Maksudnya adalah: ia (suami) adalah penyebab istri masuk syurga dengan keridhaannya, dan juga penyebab istri masuk neraka dengan kemurkaannya, maka hendaklah para istri bermu'amalah baik dan memberikan layanan yang terbaik dan tidak menyelisihi perintahnya selagi dalam keta'atan kepada Allah.
Dalam hadits Rasulullah –shalallahu'alahi wasallam- bersabda:
"Jika aku menyuruh seorang sujud kepada seseorang tentu akan akau suruh istri sujud kepada suaminya".
Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan.
Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Dua golongan dari penghuni nereka yang tidak (pernah) aku lihat: suatu kaum yang memiliki cambuk (cemeti) seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka (karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya), kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.”
(HR. Muslim, no. 5704 ).
Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah mengomentari hadits diatas seraya berkata:
“Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .”
(Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya:
“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka kecuali yang tampak darinya.”
(An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 :
“Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”
Dan ini adalah termasuk dosa besar sebagaiamana yang di sebutkan oleh Ibnu Hajar AL Haitami dalam kitabnya (Az zawajir 'anil iqtiraafil kabaair), dosa besar no. 108.
Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita.
Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita.
Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya dikarenakan wanita.
Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga.
Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan di hadapan kaum pria.
Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri.
Oleh karenanya Allah menyuruh mereka untuk menetap dirumah dan melarang bertabarruj, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.”
(Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka.
Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat negeri kita ini.
Sebagian amalan yang menyelamatkan dari nereka:
Dari salah satu hadits diatas kita dapatkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda :
“Bershadaqahlah kalian!Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!”Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya:“Mengapa demikian, wahai Rasulullah?”Beliau menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!”(HR. Bukhari)
No comments:
Post a Comment