KESIAPAN
DALAM MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
Pada akhir 2015
masyarakat Indonesia bahkan seluruh masyarakat ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Cambodia, Brunei, Vietnam, Myanmar,
Philippines, Malaysia, Thailand, Singapore dan Laos rame-rame membicarakan MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN). MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang sudah dimulai
sejak tanggal 1 Januari 2016. Dengan adanya MEA kita akan bersaing pada delapan
bidang keahlian melalui skim ASEAN Economic
Community (AEC) yang Kerjasama ini dibuat dengan tujuan supaya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh 10 negara bebas dalam aliran investasi,
tenaga kerja terlatih, jasa dalam hal penjualan/pembelian barang. Negara
Indonesia ikut dalam MEA ini dikarenakan untuk dapat meningkatkan Perekonomian
Nasional. Pertumbuhan
ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting dicapai karena setiap
negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih baik dan
ini akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.
Dalam menghadapi MEA tentunya kita harus
menyiapkan dari segala sisi termasuk salah satunya Sumber Daya Manusia (SDM).
Selain Sumber Daya Manusia ada beberapa factor yang perlu kita siapkan antara
lain, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor
budaya dan faktor daya modal. Dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi
sudah pasti pendidikan terutama Perguruan tinggi turut berperan. BSI (Bina
Sarana Informatika) salah satu perguruan tinggi swasta yang terkemuka di
Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam menyiapkan sumber daya
manusia yang berilmu dan berkualitas. Lalu,
jika melihat bagaimana Indonesia mengelola kelima faktor tersebut, beberapa
faktor masih belum dapat dimaksimalkan untuk itu Indonesia dan sembilan negara
lainnya membentuk ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015 dengan tujuan
yang baik.
Ada
beberapa pandangan bahwa Indonesia dinilai belum siap menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015. Namun banyak peluang yang dapat kita
lihat dari Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang merasa ragu dengan
kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam
kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika
kita mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China
mampu menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu
stabilitas Indonesia. Berdasarkan fakta peringkat daya saing Indonesia periode
2012-2013 berada diposisi 50 dari 144 negara, masih berada dibawah Singapura
yang diposisi kedua, Malaysia diposisi ke dua puluh lima, Brunei diposisi dua
puluh delapan, dan Thailand diposisi tiga puluh delapan. Melihat kondisi
seperti ini, ada beberapa hal yang menjadi faktor rendahnya daya saing
Indonesia menurut kajian Kementerian Perindustrian RI yaitu kinerja logistik,
tarif pajak, suku bunga bank, serta produktivitas tenaga kerja. Dalam
sektor tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan kualifikasi pekerja,
meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataannya dan memberikan kesempatan yang
sama kepada masyarakat. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat luas
mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga mampu menumbuhkan rasa
percaya diri dan kita akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan dalam. Indonesia
harus banyak belajar dari pengalaman pelaksanaan free trade agreement
(FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar komoditi Indonesia.
Tujuan
dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 adalah untuk meningkatkan stabilitas
perekonomian dikawasan ASEAN, dengan dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN
2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar
negara ASEAN, dan untuk di Indonesia diharapkan tidak terjadi lagi krisis
seperti tahun 1997, dan berharap dengan adanya MEA dapat menyetarakan
kesejahteraan ekonomi masyarakat ASEAN sehingga tidak ada kesenjangan pertumbuhan
perokonomian di wilayah ASEAN.
Kesiapan yang harus
dihadapi oleh diri sendiri dalam menghadapi MEA ini yaitu kita harus mempunyai Hard Skill dan Soft Skill yang dapat nanti diperjual belikan di dalam dunia industri,
supaya kita tidak kalah dengan negara-negara ASEAN lainnya. Skill yang harus
kita miliki yaitu berupa : Leadership, Public
speaking, Bahasa Asing, Project
Management.
Dalam
menghadapi MEA ini, perguruan tinggi harus dapat bersaing di dalam menghadapi
MEA, agar tidak tersingkirkan dari dunia pendidikan tinggi nasional. Maka
kualitas dari lulusan perguruan tinggi harus mempunyai kompetensi yang sesuai
dengan bidanganya. Perguruan tinggi harus dapat mengorietasikan pada
peningkatan kualitas kelembagaan dan sumber daya yang dapat menghasillanm
sebuah karya yang memiliki inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat. Sumber daya
manusia yang mempunyai kualitas yang bagus berawal dari dosen yang mengajar,
menulis sebuah karya ilmiah, melakukan penelitian serta dapat menghasilkan
karya yang fenomenal.
Mulai
1 Januari 2016 MEA sudah berjalan, Bagaimanapun Indonesia harus siap dalam
menghadapi MEA dan kita sebagai warga negara Indonesia harus dapat mengambil
manfaat dari pemberlakuan MEA demi kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya
dan masyarakat ASEAN pada umumnya. (ASY)
No comments:
Post a Comment