Teman adalah bagian dari hidup
kita. Tidak seorangpun yang tidak memiliki teman. Bahkan teman bisa menjadi
separuh dari jiwa kita. Kita bisa saja memilih teman, tapi kita biasanya tak
bisa memilih siapa rekan kerja kita. Padahal seberapapun kita tidak menyukai
rekan kerja, toh kita harus bisa kerja bersama dan membangun sinergi dengan
dia. Karena banyaknya rekan kerja kita, maka sudah pasti mereka mempunyai sifat
dan karakter yang berbeda-beda. Terkadang ada yang bisa kita jadikan sahabat
atau bahkan sebagai saudara. Tapi terkadang ada beberapa rekan kerja kita yang
mempunyai prinsif dan karakter yang berbeda bahkan mungkin bertentangan dengan
kepribadian kita, sehingga tidak menutup kemungkinan ada perbedaan pendapat dan
bahkan sering menimbulkan kejengkelan atau bahkan suatu kebencian. Agar bisa
bekerja dengan orang yang dibenci, kita harus belajar untuk mencari sisi baik
dari orang lain. Terkadang, memang sampai ada istilah “gencatan senjata” dengan
orang-orang tertentu. Apapun, di dunia profesional, kita tak boleh membiarkan
emosi kita mengendalikan diri.
Segala sesuatu itu pasti ada
dampak positif dan negatifnya. Bekerja dengan orang yang dibenci toh ternyata
malah bisa berikan pengalaman belajar, jika kita memang bersedia mencarinya.
Pikiran kita harus terbuka dan menjaga sikap optimis, semacam sikap “gelas
penuh”. Diri ini harus benar-benar dipaksa untuk melihat kebaikan dari orang
lain, terlepas dari sedemikian mencoloknya sifat buruk dari rekan kerja yang
rese itu. Jikalau bisa, pencarian aspek positif ini memang harus dilakukan
secara obyektif. Ini dilakukan semisal dengan menanyakan kepada supervisor atau
manajer dari yang bersangkutan, “Apa sih sumbangsih dia pada perusahaan? Apa
yang jadi kekuatan utama dia? Apa yang bisa membuat Anda bisa menyukuri miliki
dia sebagai rekan kerja?” Jikalau bisa. Jika tak bisa, maka alasan yang
sifatnya subyektif atau yang tidak relevan dengan urusan kerja pun tak mengapa.
“Oh, dia itu orangnya pintar sekali menyanyi atau melawak”, “Oh, dia ternyata
suka dan pinter mbikin puisi tentang romansa”. Tak relevan dengan urusan kerja,
tapi yang penting itu bisa membuat Anda jadi merasa lebih baik. Sadari juga,
bahwa ketika seseorang punya suatu keburukan, maka biasanya itu akan
berkompensasi atau implikasi dari suatu kebaikan.
Jadi misal saja bila Anda temui
bahwa orang itu sifatnya berantakan atau jauh dari kerapian sampai juga pada
cara kerjanya, coba saja jajaki; jangan-jangan sebenarnya dia itu orang kreatif
dengan sekian banyak yang meluncur dari kepalanya. Bila Anda bekerja dengan
seorang yang sok kuasa, Anda bisa membuat dia merasa “berkuasa” tanpa
benar-benar menyerahkan kuasa Anda. Beri dia kesempatan untuk mengungkapkan
gagasan awal, lalu segera suntikkan pemikiran Anda terhadap gagasan dia tadi,
yang akhirnya membuat dia merasa memiliki gagasan Anda dan lalu
menjalankanya.Orang sok kuasa biasanya ingin ego mereka diangkat, maka turuti
sajalah, beri pujian atas pemikiran dan kerja dia.
Bila ketegangan Anda dan rekan
kerja menjengkelkan sudah sampai pada tingkat di mana Anda tidak merasa bisa
lagi bekerja sama dan mencapai hasil dengannya, maka Anda punya tanggung jawab
untuk secara jujur berbicara dengannya. Jangan sampai jadikan masalah “pribadi”
Anda jadi pengganjal produktivitas profesional Anda. Idealnya, Anda perlu
menemui orang ini secara langsung. Sebelumnya, siapkan dulu gambaran apa yang
hendak dibicarakan:
~~~ Mulailah obrolan dengan
menyampaikan bahwa Anda menginginkan pertemuannya menjadi pertemuan yang positif,
dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan profesional dengannya. Mintalah dia
untuk mendengarkan dulu apa yang Anda katakan sebelum dia menanggapi.
~~~ Buat dia tahu bahwa Anda
menyukai atau bahkan mengagumi beberapa kelebihan dia (pandai menganalisa dan
memecahkan masalah, selera humor, dsb)
~~~ Selanjutnya, katakan bahwa Anda
punya masalah dengan beberapa sikap dia. Beri dia beberapa contoh konkrit
perilaku atau apapun yang membuat Anda gerah dan jadi merasa susah untuk
bekerja baik dengannya. Jadilah profesional, gunakan fakta, dan jangan biarkan
Anda terkuasai oleh emosi.
~~~ Beri dia kesempatan untuk
berbicara dan memberi tanggapan. Kadang yang mengejutkan adalah bahwa cukup
banyak orang ternyata tidak menyadari bahwa mereka ternyata sudah membuat kesal
orang lain, dan akan berterima kasih jika Anda berkenan memberikan masukan.
Worst case scenario, dia bisa jadi akan menjadi sangata defensif dan menolak
tuduhan bahwa dia “bermasalah”. Bersiap saja mendengar dia memberondong Anda
dengan apa-apa yang dia tidak sukai dari diri Anda, entah dalam konteks
profesional atau bukan. Tak mengapa, tetaplah jaga agar obrolan Anda tetap
berlangsung profesional, dan dengarkan saja apa-apa yang dia katakan. Terus
kemudian kembali pada tujuan Anda mengajak dia bicara, yakni mencari solusi.
Maka usulkanlah solusi dan saran bagi dia, serta bersiap untuk menerima atau
berkompromi dengan masukan yang dia berikan.
Jika itu lantas tidak berhasil?
maka Anda perlu bertemu dengan manajer Anda. Usul saya, janganlah langsung
menemui manajer manakala Anda belum lakukan tindakan mandiri. Saat Anda
melapor, sebaiknya itu sudah berada dalam kondisi di mana Anda sudah coba
mensolusikan. Itu akan membuat Anda punya skor positif di pandangan supervisor
atau manajer Anda. Artinya, jangan tiba-tiba melempar masalah Anda kepada
atasan. Kemampuan Anda untuk secara pribadi menangani masalah dengan rekan
kerja akan jadi pertimbangan bagi atasan untuk menaikjabatkan Anda.
Dengan pemahaman ini, maka sejak
awal berhati-hatilah. Karena tidak suka pada seorang rekan kerja, bukan berarti
Anda berhak menyebarkan luaskan keburukan dia dengan beberapa tambahan cerita
emosional dan apalagi gosip. Bukan hanya supervisor, rekan kerja Anda yang lain
pun juga akan menilai sikap, akhlak dan kemampuan Anda dalam menghadapi konflik
atau masalah dengan rekan kerja yang lain. Dapatkanlah dukungan dari teman
Anda, tapi tetaplah bersikap profesional terhadap mereka. Anggaplah
mereka(rekan kerja) adalah bagian dari kehidupan kita. Jadikanlah mereka
keluarga kita, karena mau tidak mau, hari-hari kita akan selalu sering
bersamanya.
Ref:
Ebook Panduan Test Wawancar Kerja
Ebook Panduan Test Wawancar Kerja
No comments:
Post a Comment