Awal kisah perjalanan hidupku dalam meraih mimpi
Klaten,
kota diantara Jogja dan Solo yang terkenal dengan kebudayaannya dan Sopan
santunnya. Pada tanggal 04 Oktober 1981 lahir seorang anak laki-laki, anak ke
lima dari lima bersaudara dari keluarga Wito Taruno yang diberi nama Andi
Saryoko.
Kakak
pertama laki-laki dengan nama Sutrisno, Kakak kedua perempuan dengan nama Hartini,
Kakak ketiga perempuan dengan nama Sri Suyatmi, Kakak keempat perempuan dengan
nama Suranti, dan yang terakhir laki-laki yang diberi nama Andi Saryoko.
Dari
anak pertama sampai anak ke empat semuanya sudah berumah tangga dan memiliki
anak, sedangkan anak yang terakhir belum berumah tangga karena harus mengejar
karir dan pendidikan di Jakarta.
Dimulai
dengan Background tamatan dari SMK
Muhammadiyah Cawas Klaten Jurusan Akuntansi, Andi berangkat ke Jakarta bersama
kakak ke empat yang bernama Suranti (Mba Ranti) dengan niat untuk mencari
pekerjaan. Meskipun dalam benak Andi ada niatan untuk melanjutkan kuliah, namun
dikarenakan kondisi keuangan orang tua yang tidak memungkinkan untuk membiayai
Andi kuliah, maka itu hanya menjadi impian dan keinginan saja.
Pada suatu hari ketika Andi hendak tamat SMP/SLTP, Andi secara tidak sengaja mendengar percakapan Bapak Andi dan Pak Lek sedang bercakap-cakap membahas tentang kelanjutan sekolah Andi.
Bapak: "Kayaknya aku sudah tidak sanggup lagi dech untuk bekerja untuk membiayai Andi melanjutkan sekolah ke SMA"
Pak Lek: "Kenapa Mas? Andi kan anaknya pinter"
Bapak: " Aku sudah ga sanggup lagi untuk bekerja, mataku sudah kurang bisa melihat jelas"
Pak Lek: "Ya kan sayang mas, kalau andi tidak melanjutkan sekolah ke SMA, Andi kan pintar, kemarin kan dapat ranking 1 di SMP"
Bapak: " Iya sih..."
Akhirnya Bapak berusaha keras untuk bisa bekerja agar Andi tetap bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Akhirnya Andi melanjutkan ke SMK Muhammadiyah Cawas Klaten dengan jurusan Akuntansi angkatan 1997 dan lulus di tahun 2000.
Saat sekolah jarang sekali andi mendapat uang saku untuk jajan, untuk biaya SPP aja kadang telat. Tapi Andi tidak putus asa dan berusaha gimana caranya agar Andi bisa membantu orang tua untuk dapat membiayai sekolah Andi, dan juga biar andi tetap bisa jajan seperti teman2 yang lainnya meskipun tidak diberi uang jajan dari orang tua.
Di samping sekolah Andi berusaha ternak Ayam, bebek, burung, Entok agar dapat uang untuk dapat membantu orang tua, dan selain itu di sekolah Andi juga berusaha mencari kesibukan dengan menjual peralatan tulis sekolah, seperti buku, bolpoin, pensil, penghapus dll. Waktu itu Andi belanja alat tulis ke daerah kartosuro dan di jual di sekolahan.
Pada suatu saat, dibangku sekolah SMK, Andi melihat surat yang di bawahnya tertera nama dan
tanda tangan seorang pejabat yang memiliki gelar S.Kom. Saat itu pula terlintas
keinginan untuk kuliah agar mendapat gelar S.Kom seperti yang tertera pada nama
pejabat pada surat itu. Namun apalah daya, dengan ekonomi keluarga yang pas-pas
an, maka keinginan itu menjadi sebuah keinginan yang tertunda. Hingga akhirnya
Andi bertekat setelah Tamat SMK langsung ingin mencari pekerjaan apapun itu
yang penting halal.
Waktu
itu sempat ditanya Mba Ranti” Nanti kerja di serang mau ga? Biar nanti aku
tanyakan ke Mas Wanto(adik ipar mba Ranti)?”.
Andi jawab” Iya, aku udah niat langsung kerja kok kalau udah lulus
nanti, kerja apa aja gapapa yang penting halal, mau ikut siapa aja juga gak apa
apa, andai saja harus kerja cuci piring juga gapapa”. Karena Andi berfikir
bahwa melakukan pekerjaan atau sesuatu yang halal kalau kita lakukan dengan
hati ikhlas dan sabar insya’alloh akan berkah dan tidak akan menjadi beban.
Setelah
dinyatakan lulus SMK yang waktu itu sekitar bulan Juli tahun 2000, Andi
langsung diajak ke Jakarta Mba Ranti untuk di titipkan kerja ke Serang. Namun
sebelum dapat informasi bahwa di Serang ada lowongan untuk sementara Andi
menunggu di Jakarta di tempat kost suami Mba Ranti (Mas Panut). Berhubung Andi
punya temen yang kerja tidak begitu jauh dari Jakarta, tepatnya di daerah Tangerang
maka Andi main ke Tangerang untuk mencoba memasukan lamaran kerja di sana. Di
tangerang banyak teman-teman Andi yang kerja di sana, ada Fendi (Sahabat Andi
dari kampong), Dik Agus, Winanto, Yanti, Yuni dan tetangga kampungpun juga ada
disana. Makanya Andi kalau main kesana ngerasa betah, karena disana suasananya
juga masih berasa suasana di kampong yang dingin dan sejuk, tidak seperti di
Jakarta yang panasnya luar biasa.
Sekitar
empat hari Andi menginap di Tangerang sekaligus untuk mencari pekerjaan, namun
ternyata rejeki Andi bukan di Tangerang alias tidak ada yang menerima lamaran
pekerjaan Andi. Dari PT ke PT, dari Pabrik ke Pabrik Andi memasukkan lamaran
pekerjaan dengan di temani Fendi sahabat Andi. Pernah pada satu hari, Pagi-pagi
Andi dengan ditemani sahabatnya yaitu Fendi berkeliling dengan menaiki sepeda
onthel, mencari lowongan pekerjaan untuk Andi. Sempat pula memasukkan lamaran
ke pabrik tempat Fendi dan Agus bekerja, namun lamaran Andi tidak diterima
juga.
Pada
hari Jum’at Andi pulang dari Tangerang ke Jakarta tempat kost Mas Panut karena
rencananya besok minggu Andi mau diajak Mba Ranti dan Mas Panut untuk
dititipkan bekerja di Serang tempat Adik Mas Panut dan rencananya Andi akan
bekerja di Pabrik sepatu Serang.
Pada
hari Sabtu sepulang bekerja Mas panut membawa kabar bahwa Andi bisa memasukkan
lamaran ke tempat Mas Panut bekerja. Dia bekerja di PT. Nafiri Sion (Gandy) jalan
Hayam Wuruk Jakarta Pusat yang bergerak di bidang Restoran Steak & Bakery.
Mas panut bekerja di bagian Bakery sebagai beker. Pada hari minggu pagi saya
ikut Mas panut ke Gandy untuk memasukkan lamaran kerja. Sesampainya di Gandy,
Andi langsung menyerahkan surat lamaran dan disuruh langsung bekerja. Sehingga
hari minggu itu menjadi pengalaman pertama Andi bekerja di perusahaan/PT.
Awal
bekerja yang sangat menggembirakan buat Andi, karena pada akhirnya Andi bisa
bekerja juga di Jakarta meskipun ada hal yang kurang di sukai. Hal-hal yang
kurang disukai bekerja di Gandy bagian Bakery adalah waktu bekerja minggu tidak
bisa libur begitu juga hari-hari libur(tanggal merah) tidak boleh libur, bahkan
wajib masuk dan lembur, karena disaat seperti itu Bakery banyak pesanan. Selain
itu pada hari raya idhul fitri atau idhul adha tidak boleh libur pulang
kampung, bisa libur tapi bergantian untuk setiap tahunnya. Jika tahun ini
pulang kampung maka idhul fitri tahun depan tidak bisa pulang kampung karena
harus bergantian dengan teman-teman yang lain. Apalagi setiap minggu pagi
banyak orang dan anak-anak yang lari pagi/jogging ke Monas (Monumen Nasional).
Mereka pada jogging ke monas, sedangkan Andi harus berangkat bekerja untuk
mencari sesuap nasi.
Tapi
begitulah kehidupan, selalu ada dua sisi yang berbeda, selalu ada pilihan. Ada
suka, ada duka. Ada kesulitan ada juga kemudahan. Seperti yang kita ketahui
bahwa Bapak Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudoyono yang akrab disapa (SBY)
di tahun 2014 ini menerbitkan buku yang berjudul Selalu Ada Pilihan (SAP).
Konon katanya, buku tersebut merupakan uraian pengalaman sang presiden selama
menjabat selama 2 periode, kurang lebih 9 tahun. Dalam buku tesebut katanya,
juga ada beberapa keterangan dari apa yang sebenarnya terjadi dan belum
diketahui publik, terutama yang berkaitan dengan fitanahan terhadap dirinya.
Selalu Ada Pilihan atau bisa juga kita artikan Selalu Ada Jalan (SAJ) dari
setiap masalah yang kita hadapi. Itulah yang harus kita yakini ketika
menghadari suatu masalah. Namun tentu solusi atau jalan keluar tersebut tidak
datang dengan sendirinya. Kita harus berusaha mencari jalan keluar terbaik dari
sekian banyak jalan keluar yang tersedia. Caranya tentu dengan berpikir dengan
kepala dingin, kesampingkan ego diri, dan janan malu untuk bertanya. Tentu saja
dalam memecahkan masalah terkadang kita butuh pendapat atau masukan orang lain
yang lebih berilmu atau lebih berpengalaman. Dengan bertanya kepada mereka kita
akan mendapatkan banyak alternatif jalan keluar.
Selama
satu bulan Andi tinggal ngekost bersama Mas panut di Jalan Thalib 3 Krukut,
Taman Sari, Jakarta Barat, dan selama satu bulan itu pula Andi berusaha untuk
mengenal lingkungan daerah sekitar tempat tinggal di sana. Setelah mengenal
Andi pun mendapatkan sebuah tempat kost yang tak jauh dari tempat kost Mas
Panut. Pada awalnya Mba Ranti tidak bisa menerima kenyataan bahwa Andi
memutuskan untuk kost sendiri. Nangis dan berurai air matanya saat mendengar
kalau Andi mulai besok kost untuk tinggal sendiri. Entah karena sayangnya atau
karena adik satu-satunya, Mba Ranti menangis dan gak rela jika Andi tinggal
kost sendirian. Lambat laun waktu berjalan dan akhirnya Mba Ranti bisa mengerti
akan hal itu.
Mba
Ranti pun juga harus mengerti akan kalimat “Hidup itu adalah Pilihan”. Hampir
semua orang tahu kalimat itu. Jika kehidupan diibaratkan sebuah huruf, maka
hidup akan berawal dari ‘B, birth (lahir) dan D, death (meninggal), tetapi
diantara kedua huruf ‘B maupun D’, ada ‘C sebagai choice (pilihan), dan apabila
kita ingat sebelum kita lahir/Birth (B) ada ‘A’ yang artinya bahwa ada
kehidupan sebelum kita di lahirkan yaitu di alam kandungan, dan setelah Death/Meninggal
(D) ada banyak huruf yang sangat panjang, yang artinya setelah meninggal/Death
bukan berarti berakhir semuanya karena setelah ‘D’ masih ada ‘E’,’F’,’G’,…… dan
seterusnya, yang artinya setelah kita meninggal kita harus ingat bahwa
kehidupan setelah Death/meninggal justru sangatlah panjang.
Hidup
senantiasa menawarkan pilihan, entah itu suatu hal yang menyakitkan ataupun
membahagiakan, semuanya bukan tanpa konsekuensi. Apa yang anda pilih, itulah
yang harus dipertanggung jawabkan. Entah di dunia ataupun di hari pembalasan
kelak. Namun percayalah, bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik dalam
setiap pilihan itu. Begitu banyak pilihan dalam setiap aspek kehidupan. Bahkan
ketika anda tidak memilih apapun, itu adalah pilihan juga. Itulah yang akan
menentukan masa depan anda.
Pilihan
bukanlah sesuatu yang bisa anda pilih begitu saja tanpa pertimbangan yang
tepat. Jangan pernah menyesali apa yang telah menjadi pilihan dalam hidup anda,
karena pilihan adalah apa yang harus anda jalani selanjutnya. Anda tidak bisa
begitu saja mengulangi apa yang telah menjadi keputusan ataupun pilihan anda
saat anda menyerah terhadap pilihan tersebut. Namun anda bisa belajar dan
merubah hal itu agar tidak lagi terulang di masa mendatang.
Jangan
menjadi seseorang yang selalu menghindar saat anda dihadapkan pada sebuah
pilihan. Baik ataupun buruk, anda harus bisa memilih, karena itu yang akan
menentukan jalan hidup anda selanjutnya. Jika anda menemukan kesulitan karena
pilihan tersebut, bukankah itu baik? Anda bisa belajar dan mengakui dengan
berani bahwa anda memang telah salah dalam memilih dan tidak akan lagi terjatuh
ke dalam lubang yang sama. Karena tidak ada kata terlambat untuk membenahi
diri, maka anda pun jangan pernah berhenti untuk bisa menjadi lebih baik lagi.
Banyak
hal yang Andi lalui selama tinggal kost sendiri. Suka, duka canda dan tawa
selalu merwanai kehidupan Andi. Tuhan Maha Adil, dan kita pasti mengakui itu.
Di balik kesedihan pasti ada kebahagiaan, di balik kekurangan pasti ada
kelebihan, di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Andai saja kita mau berfiki
sebenarnya banyak hal yang dapat kita ambil hikmah dan pelajaran di setiap
kejadian yang kita lewati.
Di
tempat kost yang baru Andi menemukan banyak teman yang bermacam-macam suku dan
agamanya, namun di sana mayoritas orang jawa dan beragama islam. Di kost
situlah Andi bertemu dengan keluarga yang menganggap Andi seperti keluarganya
sendiri. Mba Eti, orang tegal yang punya usaha warteg yang sampai sekarang
masih mengangap Andi seperti anaknya sendiri.
Selanjutnya
usaha wartegnya dilanjutkan adiknya yang bernama “Amaliya Salamah” atau Andi
memanggilnya dengan sebutan Mba Amel. Mba Amel sudah berkeluarga dan nama
suaminya Mas Rohim serta punya dua anak, perempuan dan laki-laki. Mba Amel
tamatan STAN yang bekerja di kantor Pajak Jakarta, sedangkan Mas Rohim dengan
gelar Sarjana Agama bekerja security dan mengajar pendidikan agama di salah
satu sekolah swasta di Jakarta sesuai dengan backgroundnya.
Mba
Amel dan Mas Rohim adalah orang baik yang memberikan motivasi kepada Andi untuk
melanjutkan kuliah. Namun di sisi lain
ada pula beberapa teman yang bilang “Banyak kok yang sudah Sarjana tapi
nganggur alias ga bekerja”. Nah… di situ Andi harus mampu untuk berfikir antara
mau melanjutkan kuliah atau tidak.
Setelah
difikir dan dipertimbangkan, Andi pun memutuskan untuk melanjutkan kuliah
meskipun harus kuliah sambil bekerja. Dengan bekerja selama 2 (dua) tahun Andi punya
sedikit tabungan untuk persiapan masuk kuliah. Dengan kondisi keluarga yang
kurang mampu justru itu yang membuat Andi termotivasi untuk semangat berjuang,
berjuang dan bekerja keras. Dengan latar belakang itu pula Andi sangat
berantusias untuk dapat merubah hidup. Karena dengan keadaan ekonomi yang di
bawah tidak menutup kemungkinan mendapat hinaan dan cercaan dari mereka
orang-orang yang tidak mempunyai hati yang baik.
Hinaan
ataupun cercaan Jika kita lihat dari sisi negative, kita akan lebih terpuruk,
namun jika kita lihat dari sisi positif, justru itu akan memotivasi diri kita
untuk bisa membuat diri kita bangkit dan berjuang.
Setelah
difikir matang-matang akhirnya andi memutuskan untuk melanjutkan kuliah.
Mengingat ekonomi dan Andi hanya ada sedikit uang buat biaya kuliah, maka Andi
berusaha untuk mencari kampus yang biayanya terjangkau. Dengan bantuan Mas
Rohim suami Mba Amel, Andi berkeliling Jakarta dari kampus ke kampus untuk
mendapatkan informasi tentang penerimaan mahasiswa baru di kampus-kampus. Dari
satu kampus ke kampus yang lain Andi di antar Mas Rohim dengan sepeda motornya
Mas Rohim. Sempat ingin masuk ke kampus STIE Dr.Mochtar Thalib yang berada di
Jalan Benhil, karena apabila melanjutkan di sana kemungkinan akan mendapatkan
beasiswa dengan modal nilai dari SMK kemarin. Untuk di STIE Dr.Mochtar Thalib
Andi mempunyai kendala transportasi yang susah, karena harus beberapa kali naik
angkot dari tempat tinggal untuk menuju ke kampus.
Selanjutnya
di hari yang berikutnya Andi dengan diantar Mas Rohim kembali melanjutkan untuk
pencarian informasi tentang kampus ke kampus, dan kali ini daerah Jakarta Pusat
yang di telusuri. Pertama yang di tuju adalah LP3I, dengan harapan apabila
lulus dari LP3I langsung ditempatkan untuk bekerja. Akan tetapi biaya yang
tidak terjangkau jadi kendala, sehingga melanjutkan ke kampus lain.
Kemudian
Andi melanjutkan ke Kampus YAI yang berada di Jalan Kramat Raya, namun di sana
tidak ada jurusan yang sesuai dengan jurusan yang hendak Andi ambil. Menurut
ADM YAI jurusan Akuntansi di kramat tidak ada, melainkan adanya di Salemba. Sehingga
Andi mencoba mencari informasi ke kampus yang lain.
Andi
dan Mas Rohim menuju ke Kampus STMIK Muhammadiyah yang terletak di Jalan Kramat
Raya, dan Alhamdulillah di sana biaya cukup terjangkau karena dengan background Andi yang dulu sekolah di SMK
Muhammadiyah maka jika Andi melanjutkan di STMIK Muhammadiyah akan mendapatkan
beasiswa sekian persen, sehingga Andi memutuskan untuk mendaftar sebagai
mahasiswa baru di kampus STMIK Muhammadiyah Jakarta.
Setelah
mendaftar sebagai Mahasiswa baru di STMIK Muhammadiyah, Andi mengikuti Ujian
seleksi dan Alhamdulillah lolos menjadi calon mahasiswa di STMIK Muhammadiyah.
Pada
saat menjelang ORMIK Andi harus membayar uang semester awal, namun pada saat
pulang dari STMIK Muhammadiyah Andi melintasi
flyover Kramat Raya yang di
sebelah kanannya ada Kampus yang tidak begitu besar namun ramainya luar biasa.
Jauh berbeda suasananya jika di bandingkan dengan STMIK Muhammadiyah. Dalam
benak Andi bertanya-tanya “Kampus apaan ya… kok ramai sekali dan nampak hidup
sekali itu kampus?”, sehingga membuat Andi penasaran untuk mencari informasi
tetang kampus tersebut.
Di
hari berikutnya Andi mengajak Mas Rohim untuk melihat kampus yang nampak ramai
dan hidup itu. Sesampainya di depan kampus tersebut Andi bertanya pada salah
satu mahasiswi yang berada di depan kampus, “Mba maaf numpang Tanya, Untuk
pendaftaran mahasiswa baru masih dibuka ya?” dan Mahasiswipun menjawab, “Iya
Mas, tapi ini udah gelombang terakhir dan udah mau tutup lusa.” Dan Andi
menjawab” Ok, terimakasih…”. Selanjutnya Andi bergegas untuk menuju ke ruang
Admin untuk mencari informasi lebih lanjut.
Sesampai
di ruang admin, Andi mendapat informasi bahwa di situ ada jurusan yang Andi
minati dengan biaya yang cukup terjangkau, sehingga meskipun Andi sudah
terdaftar di STMIK Muhammadiyah namun Andi lebih tertarik untuk masuk di BSI
dengan pertimbangan jurusan sesuai minat dan biaya yang cukup terjangkau.
No comments:
Post a Comment